Selamat pagi, pagiku kamu. Senyum hangat terkasih untuk
jiwa-jiwa yang senantiasa menyayangiku hingga detik ini. Telah lama sekali
jemariku tak menari-nari di jejeran
huruf –huruf tersusun yang mereka namai keyboard ini. Oh iya, sebelumnya apa
kabar juga ya dengan gedung itu dan segenap kenangannya. Iya, kampus ungu
tentunya, aku rindu setiap deretan kisahnya. Bermula dari sedikit beku di jumat
pagi, jumat pagiku yang sedikit berlalu tanpa tentu. Iya, aku sekarang di sini.
Di sebuah Sekolah Dasar di kampungku. Kira-kira berjarak 100 m saja dari rumah.
Hari-hari berlalu sejak beberapa bulan lalu toga itu terpasang di kepalaku. Sejak
aku tinggalkan kota kenangan yang telah mengenalkanku banyak hal itu. Ah,
berbicara tentang kota itu memang tak ada habisnya. Tak terhitung kisah yang
telah terukir di sana. Kota tempat aku menimba ilmu, kota tempat aku bercanda
ria bersama mereka, semenjak fajar menjelang, hingga senja menjelang, dan malam
pun meminang rembulan. Indah sekali bukan? Tak terlupa rasanya kisah-kisah gila
di sana bersama mereka. Apalagi di sebuah ruangan kecil yang berkuran kira-kira
4x3 itu. Di sana aku mengenal sahabat-sahabat yang membuat aku tersenyum,
mengenalkan aku indahnya pertemuan, dan menyentakkan aku pahitnya perpisahan. Tapi,
ya sudahlah. Semua pertemuan dan perpisahan itu tentu saja skenario Tuhan. Yang
jelas, sampai kapanpun “KITA” tak kan pernah pudar dalam ingatan.
Kembali ke jumat pagi, genap seminggu aku bergabung di sini,
semenjak aku menginjakkan kaki mengantarkan sebuah amplop besar berisikan surat
permohonan dan beberapa lampirannya itu. Kejenuhan dan kebuntuan beberapa bulan
terakhir ini mungkin alasan awal aku bisa sampai di sini. Hari-hariku di sini
cukup menyenangkan meskipun terkesan datar. Entahlah, tak bisa juga ku
deskripsikan bagaimana di sini. Kulalui sajalah dulu.